Kepada Kekasih I
I
Semenjana angin mengungkai
hitam pegam rambutmu
di semenanjung kangenku
pada sela panjangnya
waktu kan terpenggal pertemuan
menjadi serpihan tawa
yang terekam kemudian berputar
disetiap lamunku berulang-ulang
II
Rerumputan di halaman
memungut ricik tetes-tets hujan
demi menuntun kangen yang menggunung di dadaku
tak henti membaca puisi cinta untumu, kekasih
untuk kau dengarkan
III
Kekasih..... kedip matamu
mengoyak awan, menjatuhkan rinai hujan
pada warna-warna bunga
yang menampik kering dan layu
di taman-taman sunyi
IV
Sunyi berseri ketika hitam langit malam
Ialah ruang untuk rekah senyummu
yang bermanik bintang membayang
Kepada Kekasih II
I
Lihatlah kekasih...
setangkup bulan bersahaja
merawat sepiku yang mulai cendera
dalam peluk malam
II
Langkahmu masih saja biru laut
melarungkan kesepian ke tepian hatiku
yang masih saja merawat jejakmu
III
Suaramu kekasih
gelombang laut ilalang kering
dan aku belalang putus asa
ditengah keringnya ilalang itu
IV
Lewat gelegar sunyi
kembali ku dengar panggilmu
berkelakar digaris cahaya melankolis temaram senja
V
Aku mencintaimu
adalah nada yang menyelinap
disetiap aksara diksi romantis
dalam muara namamu yang puitis
Kepada Kekasih III
I
Gemuruh sunyi menyulam sabil
menuju pusara mimpi
ditempat yang kau janjikan kala itu
sesalmu mengekal disana
bersama isak yang tak kunjung selesai
II
Ditepi hutan
dekat perigi berdasar lumpur
Ku gali pusara sebelah timur
dipangkal kiara tua
tertancap batu sebesar perahu
bertulis namamu adalah juga nisan mimpiku
III
Dan mimpiku mencoba abadi untukmu
terinjak kuda-kuda durjana kesepian
hingga lengah, lelah berantakan
di serambi istana waktu
IV
Tubuhmu....
rumah para malaikat pembawa rahmat
yang bersemayam pada setiap lekuknya
dan tuhan, menampakkan diri
diantara pangkal pahamu
berdosakah aku?
Kepada Kekasih IV
I
Dendam merayu seabad lalu
senandung tawa membebat duka
mataku menderu
menjamah dadamu yang tabu
II
Sebelum temaram mega merona jingga
melayangkan sapa pada bangkai mimpi
yang tak kau pahami
III
Gerimis mengikis malam tragis
mengekal bayang menyulut tangis
disepasang matamu
IV
dihari lain, kau hempas angin
padaku nyala lilin..... mungkin
V
ada yang tertawan disana
digaris pipi yang dicipta senyummu
.....hatiku
Dari Ibu
I
Adakah yang lebih tuah dari kedip matamu
saat waktu menyeretku ke tubir harapan
kau menjelma teja yang memberiku
dua sayap sekaligus...... Ibu
II
Delima merajah lara serambi hati
dimesra senyummu kala itu
III
Dan kamu peraduan terbaik
cemasku yang berisik
IV
Halaman rindang pohon berdendang
tratak permai nyala kumala
aku bergambuh riang melayang
nasi dinanti matang segera
Layang-layang
I
Aku layang-layang tak seimbang
Angin indera bayu menghantamku jatuh
Pisah dari benang
Tak terkenang dihatimu
Yang mendamba terbang
II
Terbanglah terbang layang-layang
Terikat benang
Persembahan untuk para jiwa yang tak terkenang