Sajak-Sajak Wawan Sutaji III : Kepada Kekasih


 

Kepada Kekasih I

I

Semenjana angin mengungkai

hitam pegam rambutmu

di semenanjung kangenku

pada sela panjangnya

waktu kan terpenggal pertemuan

menjadi serpihan tawa

yang terekam kemudian berputar

disetiap lamunku berulang-ulang

 

II

Rerumputan di halaman

memungut ricik tetes-tets hujan

demi menuntun kangen yang menggunung di dadaku

tak henti membaca puisi cinta untumu, kekasih

untuk kau dengarkan

 

III

Kekasih..... kedip matamu

mengoyak awan, menjatuhkan rinai hujan

pada warna-warna bunga

yang menampik kering dan layu

di taman-taman sunyi

 

IV

Sunyi berseri ketika hitam langit malam

Ialah ruang untuk rekah senyummu

yang bermanik bintang membayang

 

Kepada Kekasih II

I

Lihatlah kekasih...

setangkup bulan bersahaja

merawat sepiku yang mulai cendera

dalam peluk malam

 

II

Langkahmu masih saja biru laut

melarungkan kesepian ke tepian hatiku

yang masih saja merawat jejakmu

 

III

Suaramu kekasih

gelombang laut ilalang kering

dan aku belalang putus asa

ditengah keringnya ilalang itu

 

IV

Lewat gelegar sunyi

kembali ku dengar panggilmu

berkelakar digaris cahaya melankolis temaram senja

V

Aku mencintaimu

adalah nada yang menyelinap

disetiap aksara diksi romantis

dalam muara namamu yang puitis

 

Kepada Kekasih III

I

Gemuruh sunyi menyulam sabil

menuju pusara mimpi

ditempat yang kau janjikan kala itu

sesalmu mengekal disana

bersama isak yang tak kunjung selesai

 

II

Ditepi hutan

dekat perigi berdasar lumpur

Ku gali pusara sebelah timur

dipangkal kiara tua

tertancap batu sebesar perahu

bertulis namamu adalah juga nisan mimpiku

 

III

Dan mimpiku mencoba abadi untukmu

terinjak kuda-kuda durjana kesepian

hingga lengah, lelah berantakan

di serambi istana waktu

 

IV

Tubuhmu....

rumah para malaikat pembawa rahmat

yang bersemayam pada setiap lekuknya

dan tuhan, menampakkan diri

diantara pangkal pahamu

berdosakah aku?

 

Kepada Kekasih IV

I

Dendam merayu seabad lalu

senandung tawa membebat duka

mataku menderu

menjamah dadamu yang tabu

 

II

Sebelum temaram mega merona jingga

melayangkan sapa pada bangkai mimpi

yang tak kau pahami

 

III

Gerimis mengikis malam tragis

mengekal bayang menyulut tangis

disepasang matamu

 

IV

dihari lain, kau hempas angin

padaku nyala lilin..... mungkin

 

V

ada yang tertawan disana

digaris pipi yang dicipta senyummu

.....hatiku

 

 

Dari Ibu

I

Adakah yang lebih tuah dari kedip matamu

saat waktu menyeretku ke tubir harapan

kau menjelma teja yang memberiku

dua sayap sekaligus...... Ibu

 

II

Delima merajah lara serambi hati

dimesra senyummu kala itu

 

III

Dan kamu peraduan terbaik

cemasku yang berisik

 

IV

Halaman rindang pohon berdendang

tratak permai nyala kumala

aku bergambuh riang melayang

nasi dinanti matang segera

 

Layang-layang

I

Aku layang-layang tak seimbang

Angin indera bayu menghantamku jatuh

Pisah dari benang

Tak terkenang dihatimu

Yang mendamba terbang

 

II

Terbanglah terbang layang-layang

Terikat benang

Persembahan untuk para jiwa yang tak terkenang

Post a Comment

Previous Post Next Post