Manusia sebagai mahluk
yang berpikir sudah tentu akan sangat mempertimbangkan apa yang ia lakukan
dalam kehidupannya, dengan berpikir manusia menyadari bahwa manusia tidak bisa
hidup sendirian dan akan membutuhkan manusia yang lainnya, maka selain makhluk
yang berpikir manusia adalah juga mahluk yang bersosial. Didalam bersoasial
manusia akan menggunakan kepintarannya dalam membaca dengan siapa ia
berinteraksi dan harus seperti apa ia berperilaku ketika sedang berinteraksi.
Perilaku yang dilakukan oleh seseorang ini adalah etika. Ilmu berprilaku dalam
kehidupan sehari-hari yang berusaha sekeras mungkin agar selalu terhindar dari
tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan tidak mengganggu kenyamanan
orang lain. Etika begitu penting untuk dikaji lebih dalam karena manusia akan
selalu berprilaku dan tindakan manusia adalah bahasan daari etika , maka
sebagai manusia harusnya kita lebih peduli terhadap diri sendiri dengan cara
lebih mendalami pemahaman kita terhadap etika.
Dalam perjalanan sejarahnya etika merupakan upaya filsafat lahir dari
kehancuran tatanan moral dalam kebudayaan Yunani. Salah satu penyebabnya adalah
pandangan tentang baik buruk tidak lagi dipedulikan, dan para filsuf mencoba
membangkitkan kembali dengan mempertanyakan norma-norma yang dahulu menjadi
pondasi atas tindakan manusia. Cara hidup yang baik yang tersusun dalam suatu
sistem dan menyelidiki terhadap persoalan cara hidup itu merupakan bagian dari
filsafat. Poespoprodji juga mengungkapkan bahwa orang Yunani sering melakukan
perjalanan keluar daerahnya dan membuatnya sangat tertarik pada yang ditemuinya
yaitu ada banyak macam tata kehidupan, hukum, kebiasaan dan lainnya,
orang-orang Yunani akan bertanaya apakah miliknya, buah dari pembudayaan negara
tersebut sangat lebih tinggi karena tidak mungkin satu orang Yunani pun akan
berkata sebaliknya, dan kemudian kembali diajukan pertanyaan mengapa begitu?
Lalu penyelidikan terhadap semua perbuatan itu dan melahirkan etika sebagai
cabang baru dari filsafat.(Aristoteles, tt, p. 1)
Banyak sekali tokoh yang
mencoba menjelaskan etika diantaranya adalah Ahmad Amin yang memaparkan arti
etika, menurutnya etika adalah ilmu yang memberi ketegasan tentang baik dan
buruk, memberi keterangan tentang apa saja yang harus dilakukan manusia dalam
perbuatannya juga menunjukan jalan untuk mengarahkan jalan tentang apa yang
semestinya diperbuat.(Yatimi Abdullah, 2006, p. 7) Etika menurut Ahmad Zubair
adalah cabang filsafat dalam hal ini filsafat etika bisa juga disebut pemikiran
filsafat mengenai moralitas, yang didalamnya memuat problem moral dan
pertimbangan moral.(Yatimi abdullah, 2006, p. 8) Sebetulnya masih banyak sekali
para pemikir yang tertarik untuk menjelaskan pengertian tentang etika yang
tidak dapat di tuliskan, banyaknya perhatian para pemikir pada etika menunjukan
betapa pentingnya etika untuk diteliti lebih jauh.
Dari apa yang telah
dipaparkan diatas dalam penelitian ini akan dibatasi pada apa yang dimaksud
dengan etika? Apa saja objek etika? Dan penelitian ini bertujuan untuk lebih
mendalami pengetahuan tentang etika dan objek dari etika.
Dalam kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) etika adalah ilmu apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
akhlak dalam hal hak dan kewajiban moral.(KBBI V, 2018) Secara etimologi akar
kata etika berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti adat atau
watak kesusilaan, dekat dengan kata moral yang asal katanya adalah mos atau
mores dalam bentuk jamak yang artinya adat dengan kata lain cara hidup.
Jika dilihat secara arti kata, etika dan moral memiliki kesamaan akan tetapi
terdapat sedikit perbedaan didalam penggunaannya sehari-hari. Pemakaian kata
moral didalam keseharian digunakan untuk tindakan yang sedang dinilai, dan
penggunaan etika untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang ada atau berlaku. Ada
juga istilah lain dalam bahasa Indonesia yang berdekatan secara arti dengan
etika yaitu susila yang berasal dari bahasa sansekerta, disini susila tertuju
pada prinsip, dasar-dasar, aturan hidup yang lebih baik. Dan kata yang lainnya
adalah akhlak, dimana akhlak diartikan sebagai moral dan etika berarti ilmu
akhlak.(Charris Zubair, 1997, p. 13)
Adapun secara
terminologis etika adalah pengetahuan yang pokok bahasannya adalah tentang baik
dan buruk serta benar dan tidaknya tindakan dan tingkah laku manusia juga
sekaligus mengamati kewajiban manusia.(Abd. Harris, 2007, p. 3) Dengan begitu,
etika boleh didefinisikan sebagai ilmu
yang meniliti persoalan-persoalan kebaikan dalam hidup manusia dalam hal
pikiran, garak-gerik dan rasa yang menjadi dasar pertimbangan perasaan hingga
tujuannya yang berupa perbuatan. Ilmu etika membahas tatanan sifat-sifat dasar
juga adat istiadat yang didalamnya tidak terlepas dari baik dan buruk dalam
tingkah laku manusia, dalam hal ini etika berarti bukan hanya membahas tentang
kebiasaan-kebiasaan yang berdasar pada tatanan adab saja. Lebih jauh lagi
bahasan etika adalah ilmu yang berpokus pada persoalan perbuatan manusia mulai
dari yang terbaik hingga terburuk dan berbagai pelanggaran hak serta kewajiban.(Juhaya,
2003, p. 59)
Etika sebagai ilmu
meneliti pernyataan moral, dan Franz Von Magnis melihat objek etika ada dua
macam, petama tentang tindakan manusia dan kedua adalah tenatnag unsur-unsur
kepribadian manusia misalnya watak, maksud dan motif-motif.(Poedjawiyatna,,
2003, p. 13) Etika memuat persoalan dan
objek kajiannya adalah segala perbuatan yang sengaja dilakukan manusia dan mengetahui apa yang diperbuatnya.
Perbuatan yang seperti ini dapat dihukumi dengan baik buruk meskipun atas dasar
bukan kehendaknya sendiri jika ia melakukannya dengan sadar, maka dapat
dihukumi baik dan buruk. Tetapi hal yang perlu digaris bawahi adalah tidak
semua tingkah laku manusia termasuk kedalam objek penelitian etika, karena
harus ada persyaratan yang sangat penting yang berkaitan dengan pertanggung
jawaban oleh pelaku. Maka kebebasan bertindak dengan kesadaran manusia mesti
ditekankan. Jika tidak ada kebebasan dan kesadaran, tidak mungkin manusia akan
sudi mempertanggung jawabkan.(Abd. Harris, 2010, p. 35) Berikut adalah beberapa
objek etika.
Apabila tindakan manusia
dinilai seluas-luasnya, maka terdapat beberapa penilaian, bisa saja tindakan
tersebut memiliki nilai baik dan buruk, contohnya peredaran dara, pernafasan
dan pencernaan. Dan yang mempunyai otoritas terhadap penilaian ilmiah yang
demikian adalah dokter, jika ditemukan sesuatu yang kurang baik maka akan diusahakan
penyembuhannya dengan obat untuk pemulihan kesehatan, penilaian seperti ini
disebut penilaian medis. Selain itu tindakan manusia juga dinilai baik atau
buruk seolah-olah tindakan tersebut terpisah dari manusia, dilakukan atas dasar
pilihan sendiri dan dengan sadar seperti perkataan yang sengaja diucapkan maka
ini sutuhnya dapat dinilai baik dan buruknya, dan disebut penilaian etis atau
juga moral. Karena dilakukan dengan kesadaran dan pilihan mengenai tindakan
tersebut seutuhnya ada pada manusia. Pokok penyelidikan etika adalah manusia
dan menjadikan tindakan manusia sebagai objek formanya.(Poedjawiyatna, 2003, p.
15-21)
Sesungguhnya penilaian
baik dan buruk itu tidak ada, kesengajaan akan memperlihatkan penentuan pilihan
sendiri dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, dan
penentuan tersebut adalah kemauan atau kehendak. Saat melakukan penilaian etis,
maka kehendak harus ada agar kehendak bebas untuk memilih.
Determinisme adalah
aliran yang tidak mengakui ada kehendak bebas, dua golongan dari determinisme
sebagai berikut: 1) determinisme materialisme, memiliki berbagai corak tetapi
semuanya tidak menerima selain dari materi. Melihat dunia dan alam sama seperti
yang nampak seperti realitas. Adapun perubahan alam diatur oleh hukum alam sama
sekali tidak diartikan sebagai undang-undang penuh kesangsiang yang dibuat oleh
seseorang, tetapi kebiasaan didalam alam adalah hukum alam yang sudah menjadi
kodratnya. 2) determinisme religious menolak pandangan bahwa manusia memiliki
kehendak bebas, menurut pandangan aliran ini kemaha kuasaan Tuhan tidak
terbatas oleh apapun, dan menyimpulkan bahwa semua kejadian dan tindakan
manusia didunia ini adalah ketentuan dari Tuhan.(Poedjawiyatna, 2003, p. 21)
Manusia tidak akan dapat
melampaui kondratnya tindakannya terbatas dalam bertingkah laku karena terikat
oleh hukum alam yang sudah diatur oleh Tuhan. karena Tuhan yang membuat segala
yang ada dan manusia tidak dapat melakukan suatu hal tanpa Tuhan maka tindakan
manusia berasal dariNya. Hal ini menunjukan bahwa manusia tidak mempunyai
kebebasan atas tindakkannya. Tetapi ada beberapa hal dari manusia berkebebasan
dan bertindak yang berarti bebas dari sesuatu, semisal meraih nilai sepuluh
dari mata pelajaran hal demikian merupakan suatu usaha melawan kebodohan dan
kemalasan untuk mencapai kepintaran. Kebebasan seperti ini mempunyai arti yang
positif, dan juga mengandung unsur kehendak, yang mana usaha untuk mencapai
kepintaran atas dasar keinginan sendiri.(Poedjawiyatna, 2003, p. 21-23)
Dalam ilmu psikologi,
melihat gejala tindakan yang sengaja atau tidak sengaja, misalnya dalam
permainan sepak bola menjatuhkan lawan sampai cedera, hal demikian bisa sngaja
atau tidak sengaja, jika dilakukan dengan sengaja maka itu adalah kesadaran dan
jika sebaliknya maka tidak ada kesadaran yang bisa dikatakan belum bertindak
tidak berkeinginan melakukan hal tersebut. Dalam bertindak, manusia memiliki
kebebasan yang sekaligus menentukan yang terbaik untuknya, dan penentuan adalah
unsur dari kehendak yang manusia pilih sendiri. Karena adanya kehendak bebas
manusia dapat memilih(Poedjawiyatna, 2003, p. 24-25)
Manusia akan menetukan
dan melihat sendiri tindakkannya jika hehendak bebas dimiliki manusia. Hal
seperti ini tidak mengurangi adanya penentuan juga pembatasan terhadap manusia
yang berkodrat serta tidak mengesampingkan pembatas didalamnya dan bergantung
pada Tuhan, yang mana kuasa Tuhan tidak berkurang karena kehendak bebas manusia
tersebut. Keterbatasan manusia mengandung keistimewaan yang melampaui makhluk
lainnya. Kemungkinan berkurangnya atau hilang kebebasan dan kehendak selalu ada
disisi lain, dan tidak mungkin terlepas dari rasa ragu, takut, bingung, dan
sebagainya yang membuat sulit dalam kehendak manusia ketika ingin membuat
keputusan. Kesemuanya itu berkaitan dengan kesengajaan yang merupakan faktor
didalam penilaian etis, oleh karena itu segala yang mempengaruhi kehendak dalam
mengambil keputusan mesti dipertimbangkan denga sungguh didalam penilaian etis.
maka penilaian etis aka tidak ada ketika tidak ada kesengajaan karena hilanya
kebebasan. Oleh karena itu ketika kehendak dipungkiri maka penilaian etispun
tidak akan ada, lebih jauh lagi pandangan baik dan buruk terhadap perilaku
manusia akan hilang.[1]
Dari apa yang telah
terurai diatas kita mengetahui bahwa etika adalah sebuah ilmu yang membicarakan
persoalan tingkah laku manusia, yang dalam penilaiannya untuk menentukan
prilaku tersebut dengan sangat teliti dan penuh pertimbangan, prilaku manusia
yang dapat dihukumi baik dan buruk oleh etika harus ada kesadaran atau
kesengajaan dari seseorang yang berprilaku, tetapi jika prilaku yang dilakukan
oleh manusia tanpa kesadaran dan bukan kesengajaan, maka perilaku tersebut
tidak bisa dinilai oleh etika sebagai baik dan buruk, karena perilaku tanpa
kesadaraan atau bukan kesengajaan itu terjadi diluar dari keinginan seseorang
yang melakukan perbuatan. Karena bagaimana mungkin baik dan buruk ditetapkan
terhadap perbuatan yang tidak diinginkan seseorang, dan pasti seseorang yang
berperilaku tidak mau bertanggung jawab pada perbuatan yang diluar kehendaknya
sendiri. Sebagaimana ilmu yang lain etika juga memiliki objek sebagai sasaran untuk
diteliti dan menemukan yang jawaban atas persoalan yang dicari, etika membagi
objek kajiannya kepada dua macam pertama persoalan tindakan manusia dan kedua persoalan
kepribadian dari manusia (watak, maksud dan motif-motif) sekali lagi ditegaskan
tindakan dan kepribadian yang dilakukan dengan kesadaran dan kesengajaan.
Berbagai objek etika antara lain: tindakan manusia, kehendak bebas,
determinisme, ada kehendak bebas, gejala tindakan dan penetuan istimewa. Dari
berbagai objek ini persoalan tindakan manusia dan kepribadiannya diungkapkan,
misalnya manusia memiliki kebebasan, tetapi
kebebasan manusia harus diperdebatkan karena terikat oleh hukum alam dan hukum Tuhan.
dan ternyata manusia memiliki kebebasan yang terbatas tetapi punya kehendak
istimewa karena kehendaknya lebih tinggi dari mahluk yang lain. Bagaimanapun
etika sangat penting untuk menuntun kita dalam kehidupan, karena hati nurani
manusia akan selalu mengatakan dan mengajak kepada kebaikan, sesungguhnya
sesuatu yang akan dianggap baik menurut semua orang itu adalah etika dan kabaikan
tidak akan datang selain dari Dia yang maha baik.
Wawan Sutaji
Referensi
Aristoteles. Nichomachean
Ethics. Terj. Kenyowati, Embun. 2004. Sebuah “Kitab Suci” Etika. cet.
I. Jakarta: Teraju.
Abdullah, M. Yatimi. 2006. Pengantar Studi Etik. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.
KBBI V iOS-1,4 (15).
2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Charris Zubair, Achmad.
1997. Kuliah Etika. Jakarta:
Rajawali.
Harris, Abd. 2007. Pengantar Etika Islam.
Sidoarjo: Al-Afkar.
Praja, Juhaya S. 2003. Filsafat Dan Etika, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Poedjawiyatna. 2003. Etika Filsafat Tingkah laku. cet. Ke
IX. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Haris, Abd. 2010. Etika Hamka (Konstruksi Etik Berbasis
Rasional Religius). Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.