Ashar
Sayup-sayup seruan-Mu berkumandang
Mungkin dari jauh
mungkin irama itu yang kita butuh
Di garis matahari yang mulai ranum
Kota hanya kering kita hanya lesu
Menunggu batas yang pecah
Menunggu magrib yang basah
Jika Kau Pergi
Tentu tawaku akan gugur oleh segelas anggur
Bulan, bunga, bintang, laut, senja, gunung
Dan semua keindahan menjadi hidangan
yang telah kau habiskan
Dengan begitu, jika kecewamu jatuh pada meninggalkan
Harus dengan apa kau ku umpamakan
Januari
Biar kubisikan namamu
Pada riuh dan dinginnya Januari
Agar kenangan tertidur panjang
Hanya saja, kita selalu terjebak suasana
Dan tak mampu membencinya
Dilema
Bulan tua bertengger dengan rasa yang purnama
Dan kesepian menyala di cakrawala
Sungguh keduanya tak kupinta
Tapi bintang, tetap menjadi asing tiba-tiba
Tak Sampai
Rembulan redup
Angin menghantar dingin bukit beku
Aku ingin berselimut di pekat malam
Dan merengkuh kerlip bintang yang jauh.
Sepintas
Hanya ada dersik
Dan ranting patah
Di malam yang termenung
Telah kusiapkan diam
Yang paling batu
Saat laron-laron masa lalu
Mulai menyerbu.
Gusti
Sesederhana menerima
Terang dan hujan
Berebut tempat
di wajah pagi
Gusti ...
Dalam senyum-Mu
Aku hanya ingin belajar
Menghirup-hempaskan
Rasa syukur yang sukar dijalani
Dalam Kamar
Yang kuraba hanya nama
hanya rentetan kata
yang seperti rekah bunga
Sesekali dehamanmu terdengar nyata
Dalam kamar
langit-langit dan lemari
Diam tak mengerti
Tirai jendela merumbai
Dan tak ada siapa-siapa disana
Apakah kau memanggilku sehingga ingin ke sana?