Pendahuluan
Socrates adalah salah satu tokoh filsafat paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Ia hidup di Athena pada abad ke-5 SM, masa ketika kota tersebut sedang berada di puncak kejayaannya sebagai pusat kebudayaan, demokrasi, dan ilmu pengetahuan. Meski Socrates tidak meninggalkan tulisan tertulis, gagasan-gagasannya tetap hidup melalui murid-muridnya, terutama Plato dan Xenophon. Dari merekalah kita mengetahui bagaimana metode berpikir Socrates telah membentuk dasar filsafat Barat, yang kemudian berkembang menjadi fondasi ilmu pengetahuan modern, etika, serta teori politik. Socrates terkenal bukan karena ia menulis buku atau mendirikan sekolah formal, melainkan karena cara hidup dan metode bertanyanya yang unik. Ia lebih memilih berdialog langsung dengan masyarakat Athena, dari kaum muda, politisi, hingga kaum cendekiawan. Dalam setiap percakapan, Socrates mendorong lawan bicaranya untuk berpikir kritis, menguji keyakinan, dan mencari kebenaran yang lebih mendalam. Baginya, filsafat bukan sekadar teori, melainkan cara hidup. Dalam tulisan ini, kita akan membahas kehidupan Socrates, metode filsafatnya, prinsip etika yang ia ajarkan, kontroversi yang membuatnya dihukum mati, serta warisan intelektual yang tetap relevan hingga zaman modern.
Kehidupan Socrates
Socrates lahir sekitar tahun 470 SM di Athena. Ayahnya, Sophroniscus, adalah seorang pemahat, sementara ibunya, Phaenarete, bekerja sebagai bidan. Latar belakang keluarganya yang sederhana membuat Socrates tidak tumbuh dalam kemewahan. Namun, ia memperoleh pendidikan dasar yang baik, mempelajari musik, gimnastik, dan filsafat awal dari para sofis serta pemikir pra-Socrates. Sebelum dikenal sebagai filsuf, Socrates pernah menjadi prajurit hoplite dalam perang Peloponnesos. Catatan sejarah menyebutkan bahwa ia menunjukkan keberanian luar biasa di medan perang. Namun, meski memiliki potensi untuk berkarier dalam politik atau militer, ia justru memilih jalan berbeda, yaitu dengan mengabdikan hidupnya untuk filsafat. Socrates dikenal sederhana dalam hidup. Ia menolak kekayaan, hidup hemat, dan sering berjalan tanpa alas kaki di jalan-jalan Athena. Penampilan fisiknya digambarkan tidak menarik, berwajah bulat, hidung pesek, dan tubuh kekar tapi ia memiliki kharisma yang membuat banyak orang tertarik berdialog dengannya. Dari kehidupan sehari-harinya, kita bisa melihat bahwa filsafat baginya bukan sekadar teori, melainkan praktik nyata dalam menjalani hidup dengan kesederhanaan.
Metode Dialektika
Salah satu warisan terbesar Socrates adalah metode dialektika, yaitu metode yang berlandaskan pada dialog, di mana Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tampak sederhana, tetapi justru mampu menggoyahkan keyakinan lawan bicara. Tujuan dari pertanyaan ini bukan untuk menjatuhkan lawan dissukusi, tapi untuk menyingkap ketidaktahuan dan kemudian mencari pemahaman yang lebih benar. Contoh sederhananya adalah ketika Socrates bertanya, "Apa itu keadilan?" atau "Apa itu kebajikan?" Kebanyakan orang merasa tahu jawabannya, namun ketika diperiksa lebih lanjut, definisi mereka sering kali tidak konsisten. Dengan cara ini, Socrates menunjukkan bahwa kesadaran akan ketidaktahuan justru menjadi langkah awal menuju kebijaksanaan. Metode ini memiliki dua tahap penting yang pertama Elenchus (pembantahan) yaitu membongkar asumsi lawan bicara dengan pertanyaan-pertanyaan kritis. Dan kedua tahap Maieutic (kebidanan pikiran) yaitu melahirkan ide-ide baru dari pikiran lawan bicara, bukan dengan menggurui, tetapi dengan memandu. Metode Socrates Ini sampai sekarang masih digunakan dalam pendidikan, hukum, dan bahkan terapi psikologis modern. Pendekatan ini mengajarkan bahwa berpikir kritis adalah kunci untuk memahami kebenaran.
Etika Socrates
Filsafat Socrates terutama berfokus pada etika, bukan kosmologi atau sains. Ia percaya bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia (kebahagiaan sejati atau kehidupan yang baik). Namun, kebahagiaan itu tidak datang dari harta, kekuasaan, atau kenikmatan jasmani, melainkan dari kebajikan dan pengetahuan.
Konflik Dengan Masyarakat Athena
Meskipun banyak murid dan pengagum, Socrates juga memiliki banyak musuh. Sikap kritisnya sering dianggap mengganggu stabilitas masyarakat. Ia tidak segan-segan mengkritik politisi, pengusaha, bahkan para sofis yang kala itu sangat dihormati karena dianggap bijak. Dalam pandangan umum, Socrates dianggap "meracuni pikiran pemuda Athena" dengan mengajarkan mereka untuk mempertanyakan tradisi dan otoritas.
Warisan Intelektual Socrates
Meski wafat secara tragis, gagasan Socrates tidak ikut hilang. Justru, kematiannya mengukuhkan posisinya sebagai martir filsafat. Beberapa warisan intelektualnya yaitu
1. Murid Socrates, Plato, mendirikan Akademia yang menjadi sekolah filsafat pertama di dunia Barat. Dari Plato lahirlah Aristoteles, yang kemudian mengembangkan logika, etika, dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, garis pemikiran Socrates-Plato-Aristoteles menjadi fondasi peradaban intelektual Barat.
2. Metode pendidikan modern. Cara bertanya ala Socrates menginspirasi sistem pendidikan berbasis dialog. Hingga kini, metode ini dipakai dalam pengajaran hukum, filsafat, bahkan di ruang kelas untuk melatih berpikir kritis.
3. Inspirasi Demokrasi, Meski ia dikorbankan oleh sistem demokrasi Athena, gagasan Socrates tentang kritik terhadap kekuasaan tetap relevan. Ia mengajarkan bahwa demokrasi sejati bukan hanya soal suara mayoritas, melainkan juga tanggung jawab moral dan intelektual warga negara.
Kesimpulan
Socrates adalah tokoh penting yang mengubah wajah filsafat dunia. Dari hidupnya yang sederhana, metode bertanyanya yang kritis, hingga keberaniannya menghadapi kematian, ia telah mewariskan pelajaran berharga tentang pentingnya pengetahuan, kebajikan, dan refleksi diri. Ia menunjukkan bahwa filsafat bukan hanya pengetahuan abstrak, melainkan jalan untuk hidup lebih bermakna.
Warisan intelektual Socrates terus hidup melalui Plato, Aristoteles, hingga pemikiran modern. Ajarannya tentang berpikir kritis, etika, dan pencarian kebenaran tetap relevan menghadapi tantangan zaman. Dalam dunia yang semakin kompleks, pesan Socrates sederhana namun mendalam. Hidup yang tidak diuji tidak layak untuk dijalani.
