Jika ditinaju dari etimologis Rasinalisme
adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu rationalism yang
merujuk pada rakar kata dari bahasa latin ratio yang dalam bahasa
indonesia berarti akal. Dan secara terminologis rasionalisme dipandang sebagai
aliran cara berpikir yang memegang prinsip bahwa akal memiliki peranan utama
dalam menjelaskan segala sesuatu. Tokoh-tokoh yang mengusung rasionalisme antara
lain: Rene Descartes (1596-1650), Blaise Pascal (1623-1662) Baruch de Spinoza
(1632-1677), Nicholas Malerbranche (1638-1775), Gottfried Wilhelm von Leibniz
(1646-1716), Christian Wolff (1679-1754). Rasionalisme muncul diabad ke-17, dan
masing-masing tokoh membawa ajaran yang khas, meski demikian mereka tidak
keluar dari koridor yang sama.
Rasionalisme adalah salah satu teori yang
berlandaskan pada akal yang sehat, akal adalah dasar yang tidak dapat
digantikan untuk menemukan kebenaran dan memecahkan segala permasalahan yang tidak mampu lagi dselidiki oleh indra, rasionalisme
dalam menjelaskan segala sesuatu
selalu bertumpu pada kemampuan rasio. Prinsip dari aliran rasionalisme jika
dicermati lebih dalam maka akan ditemukan bahwa rasio (akal budi) akan selalu
mendapatkan peran inti dalam meneliti dan menjelaskan segala sesuatu, karena
rasio (akal budi) dianggap sebagai sumber pengetahuan. Rasionalisme terhadap
pengalaman empiris hanayalah sebagai pengeasan terhadap pengetahuan yang telah
dicapai oleh rasio, karena sumber pengetahuan adalah dari rasio (akal budi)
maka tolak ukur kebenaran pengetahuan adalah rasio yang taat pada syarat
pengetahuan ilmiah. Sejauh ini yang
memberi penjelasan tentang semua fenomena yang terjadi disekitar manusia adalah rasio, dengan
berpikir manusia mampu menemukan eksistensi dan melakukan pengujian ulang
terhadap segala pengetahuan dan kebenaran yang telah diterima untuk mendapatkan pengetahuan baru yang
kebenaranarannya tidak diragukan lagi. Hakikat pengetahuan dari rasionalisme
adalah apriori yaitu pengetahuan sebelum pengalaman atau diluar pengalaman empiris.
Lalu bagaimana pendapat rasionalisme terhadap
pengalaman empiris? Pengalaman tidak akan mampu menguji kebenaran kausalitas
dan menelitinya. Rasionalisme tidak menolak fungsi indra dalam mendapatkan
pengetahuan, indra dianggap sebagai alat untuk merangsang rasio dan pemberi
bahan yang membuat rasio bekerja. Tetapi pengalaman tidak akan mampu menguji
kebenaran kausalitas dan menelitinya. Meski demikian rasio akan dapat
menghasilkan pengetahuan tentang sesuatu yang abstrak dan tida selalu bertumpu
pada bahan yang diberikan oleh indra.
Sistem pemikiran yang dibangun
rasionalisme berdasar pada aksioma yang berasal dari ide yang dianggapnya
pasti, tegas dan jelas dalam pemikiran manusia jadi rasionalisme mengawali
sistem pemikiran dengan pernyataan yang pasti. Ide itu sendiri dapat diketahui
oleh kemampuan berpikir manusia, tetapi ide tersebut bukan hasil cipta manusia
juga tidak dipelajari dari pengalaman karena ide tersebut adalah bagian dari
kenyataan fundamental juga pikiran
menalar manusia dan sudah ada ‘di sana’ . rasionalis berpendapat bahwa prinsip
itu harus ada karena dapat dipahami oleh pikiran, tidak mungkin orang akan
dapat menggambarkannya jika prinsip itu
tidak ada, maka prinsip harus benar nyata adanya.
Teori kebenaran yang dipakai
rasionalisme adalah teori koherensi, yaitu suatu hipotesisnya bisa dianggap
benar jika tidak bertolak belakang dengan hipotesis yang lain yang telah pasti
benar sebelumnya, atau selalu berurutan logis antar penyataan yang ada dengan
berikutnya. Cara memperoleh kepastian yang dipakai rasionalisme yaitu metode deduksi, bertumpu pada hal-hal
yang bersifat umum untuk kemudian menarik kesimpulan pada yang bersifat khusus.