Kepada yang termenung
Matahari semakin masak
Layung selimuti geming batu
Beberapa patah kata disapu ombak
Jingga mana yang kau tunggu?
Angin merayu memainkan lagu
Naik-turun di punggung gelombang
Titipkan saja do'amu pada siuh
Sebab petang akan pulang
Tangan-tangan kenangan berlambaian
Relakan sendumu lesap ke balik siang
Gelap mana yang paling pejam?
Di sini, ada dada dan tangan terbuka
yang siap memeluk gamang.
Sesaat Setelah Matahari Terbenam
Temaram telah tiba
Ke balik bukit matahari pamit
Beribu lampu menyala kita membara
Diam kita menunggu alam mainkan lagu
"biarkanlah anganku ikut bayang-bayangmu, kemana saja"
Asmaraku menggebu di lereng romantik itu.
Meditasi
Tidak seharusnya
Kita mengutuk malam
Karena ia sepi karena ia diam
Justru kita dapat ruang
Mencumbu yang terpendam
Di sanubari terdalam
Tak Terbaca
Denting pesan darimu tak juga pecah
Dalam handphone yang menunggu
Di urutan balas yang paling abai
Ternyata kata-kataku tak sampai
Ia mengantri dan memilih berhenti
Sial yang berulang pun kembali
Aku dikoyak sepi
Anxiety
Dini hari sendiri
Dini hari sepi
Detik-detik luruh
Dari detak waktu
Cemas dan gelisah
Padu menyerbu.
Gandari
Biar musim berganti
Garis takdir tetap mendera
Setelah seratus kali kehilangan diri
Kemarau atau hujan hanya sia-sia.