Sejarah Perkembangan Sosiologi: Tokoh, Pengertian, dan Hakikatnya

 


Sosiologi adalah salah satu ilmu sosial yang lahir dari kebutuhan manusia untuk memahami kehidupan bersama. Sejak dahulu, manusia selalu hidup berkelompok dan membangun interaksi yang kompleks. Dari interaksi inilah muncul persoalan sosial seperti ketidakadilan, perubahan budaya, hingga konflik. Semua fenomena tersebut akhirnya mendorong lahirnya sosiologi sebagai ilmu yang secara sistematis mempelajari masyarakat.


Pengertian Sosiologi

Secara etimologis, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang berarti kawan atau masyarakat, dan bahasa Yunani logos yang berarti ilmu atau kajian. Dengan demikian, sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, hubungan antarindividu, serta pola-pola sosial yang terbentuk.

Sosiologi bukan sekadar mempelajari individu secara terpisah, melainkan bagaimana individu saling berhubungan dalam kelompok, lembaga, maupun sistem sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, sosiologi sering disebut sebagai ilmu yang mengungkap realitas kehidupan sehari-hari, baik yang terlihat maupun tersembunyi.


Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa sebagai respon terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Dua peristiwa penting menjadi latar belakang lahirnya ilmu ini, yaitu Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Prancis. Revolusi Industri membawa perubahan besar dalam cara manusia bekerja, dari pertanian tradisional menuju industri modern. Sementara itu, Revolusi Prancis menumbuhkan gagasan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan yang memengaruhi struktur sosial dan politik.

Perubahan yang begitu cepat menimbulkan banyak masalah baru seperti urbanisasi, kemiskinan, kriminalitas, dan kesenjangan sosial. Para pemikir pada masa itu merasa perlu ada ilmu khusus yang mempelajari masyarakat secara ilmiah agar persoalan sosial dapat dipahami dan diatasi. Dari sinilah sosiologi lahir sebagai ilmu baru.


Tokoh-Tokoh Penting dalam Sosiologi

Auguste Comte (1798–1857)
Comte dikenal sebagai “Bapak Sosiologi”. Dialah yang pertama kali menggunakan istilah sociology pada tahun 1838. Menurut Comte, sosiologi adalah ilmu positif yang mempelajari hukum-hukum masyarakat sebagaimana ilmu alam mempelajari hukum alam. Ia membagi perkembangan pemikiran manusia ke dalam tiga tahap, yaitu tahap teologis, metafisis, dan positif.


Émile Durkheim (1858–1917)
Durkheim berperan penting dalam menjadikan sosiologi sebagai disiplin akademik. Ia memperkenalkan konsep fakta sosial, yaitu pola atau aturan sosial yang berada di luar individu namun memengaruhi perilakunya. Dalam karyanya tentang pembagian kerja dan bunuh diri, Durkheim menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat dianalisis secara ilmiah.


Karl Marx (1818–1883)
Marx menekankan peran konflik dalam perubahan sosial. Baginya, sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas antara kelompok yang memiliki alat produksi (borjuis) dan kelompok pekerja (proletar). Pemikiran Marx melahirkan teori konflik yang hingga kini menjadi salah satu pendekatan penting dalam sosiologi.


Max Weber (1864–1920)
Weber memperkenalkan pendekatan verstehen, yaitu memahami tindakan sosial dari sudut pandang pelaku. Ia menekankan pentingnya makna subjektif dalam setiap tindakan manusia. Weber juga mengkaji hubungan antara agama, etika kerja, dan perkembangan kapitalisme.


Herbert Spencer (1820–1903)
Spencer mengembangkan teori evolusi sosial dengan analogi organisme. Menurutnya, masyarakat berkembang seperti makhluk hidup yang semakin kompleks. Ia menekankan pentingnya diferensiasi sosial dalam perkembangan masyarakat.

Para tokoh tersebut memberikan fondasi yang kokoh bagi perkembangan sosiologi, meski dengan perspektif yang berbeda-beda.


Sifat Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dari ilmu lain, yaitu:

Empiris – Kajian sosiologi didasarkan pada fakta yang terjadi di masyarakat, bukan sekadar spekulasi.

Teoritis – Sosiologi menyusun generalisasi dan teori untuk menjelaskan hubungan antarfenomena sosial.

Kumulatif – Teori sosiologi selalu berkembang, diperbaiki, dan disempurnakan oleh penelitian-penelitian baru.

Non-etis – Sosiologi tidak menilai baik atau buruk suatu fenomena sosial, melainkan berusaha menjelaskan apa adanya.


Hakikat Sosiologi

Hakikat sosiologi dapat dilihat dari objek dan fokus kajiannya. Pertama, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat yang mempelajari hubungan antarindividu, antar kelompok, dan antara individu dengan kelompok. Kedua, sosiologi mempelajari struktur sosial, yaitu pola hubungan yang relatif stabil dalam masyarakat, serta perubahan sosial yang terus terjadi dari waktu ke waktu.

Selain itu, hakikat sosiologi adalah sebagai ilmu murni sekaligus terapan. Sebagai ilmu murni, sosiologi berusaha memahami fenomena sosial tanpa campur tangan kepentingan praktis. Namun sebagai ilmu terapan, sosiologi juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah nyata, seperti kemiskinan, konflik, atau kebijakan publik.


Penutup

Sosiologi lahir dari pergolakan besar dalam sejarah manusia dan berkembang menjadi ilmu yang sangat penting untuk memahami kehidupan sosial. Dengan kontribusi para tokohnya seperti Comte, Durkheim, Marx, Weber, dan Spencer, sosiologi kini menjadi disiplin akademik yang mapan. Melalui sifatnya yang empiris, teoritis, kumulatif, dan non-etis, sosiologi terus berusaha mengungkap hakikat masyarakat. Di tengah perubahan global yang semakin cepat, keberadaan sosiologi semakin relevan. Ia membantu manusia memahami kompleksitas kehidupan sosial, sekaligus memberi wawasan untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis.

7 Komentar

Lebih baru Lebih lama