“Dari animisme, dinamisme sampai monoteisme,
evolusi keyakinan itu merupakan kemajuan berpikir manusia” dengan jelas
pernyataan itu diucapkan Munawar seorang mahasiswa filsafat semester tiga.
“Setelah menemukan, memuja lalu sebagian dari
manusia mencoba melakukan perjumpaan dengan Tuhan” lanjutnya sambil menghela napas dan memilih
kata yang hendak diucapkan kembali
“Kenapa harus berjumpa? Kenapa memilih
membongkar misteri yang merupakan keistimewaan Tuhan? Dengan apa perjumpaan itu
bisa dilakukan? Ritual, bahasa, kalimat, kata atau dengan teologi yang
sebetulnya hanya setumpuk permainan logika yang mudah dipatahkan” Beberapa
pertanyaan juga pernyataan diajukan Munawar kemuka dengan nada penuh tekanan.
Ya memang ia sangat tidak yakin dengan konsep perjumpaan itu, yang menurutnya terasa konyol.
“Teologi hanya informasi yang menjatuhkan kita
pada suatu prasangka dan tidak membawa kemanapun”. Pungkasnya dengan pendangan lurus dan senyum
yang tak lebar sambil menunggu tanggapan.
Seketika suasana di forum itu menghening,
Munawar pun mencoba membaca situasi, melirik orang-orang yang ada
disekelilingnya. Semua pasang mata tertuju pada mahasiswa filsafat semester
tiga itu, seketika porinya mulai mengeluarkan keringat, tubuhnya bergetar
seperti orang yang telah melakukan kejahatan, setelah ia sadar bahwa dirinya
sedang mengikuti pengajian.
Penulis: Wawan Sutaji