Ia nampak begitu murung dimata ayah yang berdiri dijalan
setapak halaman rumah yang baru pulang dari kebun sambil memikul kayu bakar dan
langsung dijatuhkannya “prak”
Ayah berjalan sedikit lari menghampiri dan
duduk disebelah Karno, sambil memegang pundak Karno tatapan ayah tajam
kemukanya yang tetap menunduk. “apa hasil tesnya anakku?” tanya ayah, suara
berwibawa ayah mengguncang diri karno yang sudah duduk berjam-jam sepulang
sidang PARADE TNI di MAKODAM. Dengan malas Karno berkata “tidak lulus”.
Ayah seolah tak percaya mendengar berita itu,
mengingat anaknya sudah sejak SMP mempelajari kisi-kisi lulus TNI, latihan
fisik setiap hari, postur tubuh dan kesehatan Karno juga mustahil untuk membuat
karno tidak lulus karena bukan kali pertama Karno ikut tes.
Sambil memalingkan tatapan dan rasa penasaran
ayah ajukan pertanyaan kedua “kalau begitu apalagi alasan tidak lulusnya
anakku?” “tidak punya uang” jawab Karno tanpa jeda. Keduanya terdiam menyikapi
alasan yang tidak masuk akal itu.
Entah sekacau apa gejolak dalam diri mereka. Ayah kemudian berdiri berjalan lunglay menuju belakang rumah sambil sedikit-sedikit tertawa, ketika teringat pada teori mu’tazilah yang pernah ia baca bahwa segala do’a adalah sia-sia.
Penulis: Wawan Sutaji