Sajak-Sajak Ibnu Fadillah - Tak Pernah Usai

 


Tak Pernah Usai


Di bawah naungan jiwa yang subur

Ku tempatkan pula jiwa mu

Diantara relung yang pengap namun tak terbatas

Mencurahkan segala rahasia

 

Rahasia yang menyibak kebenaran

Senyuman mu merekah indah

Kulihat cahaya di matamu

Bersinar tentram di ufuk timur

 

Di dinding jiwaku kau tiupkan

Aroma wewangian surgawi

Menjelma perasaan senang ku

Aku terbang ke segala arah ke angkasa yang luas

 

Kubuka jubahku berisi pena dan tinta

Ku coret-coret dinding angkasa dengan namamu

Ku umbar kalimat sesukaku

Di depan lentera yang temaram

Ku bersimpuh kembali denganmu

Selamanya

 

Bandung, 2020


Kepasrahan ku

 

Ku biarkan senandung kepasarahan

Yang berisikan untaian mutiara cinta

Agar engkau semakin sempurna

Ku tanggalkan segala ego di dada

Agar leluasa tanpa ada sesak nantinya

 

Itu aku lakukan agar aku terbiasa

Mengikuti arus yang deras

Tentang cerita yang sengaja ku buat

Meskipun aku tak tahu alur cerita esok

 

Demi menjaga senyummu agar lestari

Juga tak menyakiti hatimu

Aku terbiasa menengokmu hanya lewat jendela rumahku

Yang kian hari usang oleh waktu

Namun hatiku terpelihara

Dan engkau pun utuh selamanya

 

Bandung, 2020

 

Tentang dirimu

 

Mungkin aku sedang tenggelam

Di dasar palung terdalam

Atau jiwaku lenyap bagaikan kepulan asap rokok terakhir

Mataku masih sehat

Namun  kehilangan pandangan

 

Ketika pikiranku tentang dirimu saja

Aku terbuai oleh sorot matamu yang indah

Aku luruh akan bisikanmu yang lirih

 

Kata-katamu seperti busur panah

Yang siap menancap

Di hati yang telah lama usang

Atau di pikiran yang bobrok nan kumuh

Mungkin kau yang akan memperindah

Dan menghiasinya di kemudian hari

 

Bandung, 2020


Dua Sampan

 

Dua sampan itu membisu

Kala dihamparkan danau dan menjadi permadani

Kala kabut membubuhi

Terpaku untuk sementara

Tak ada gairah mengayuh

Langit yang pucat enggan menyapa

Semuanya terasa hampa

 

Wahai jiwa jiwa yang terpendam

Terbuai oleh gairah yang membinasakan

Sampai kapan demikian?

Kalian hanya bisa menunggu perubahan

Sangat bodoh

 

Perubahan tercipta dari mekarnya cahaya mu

Mulai lah dengan indah

Perjalanan menyusuri danau

Hingga kabut mengakhiri dirinya sendiri

Dan sampul itu manjadi cerah

Berganti warna menjadi hijau kesuburan

 

Mulailah mengayuh kembali

Dengan damai

 

Bandung, 2020


Alasanku

 

Kulihat semua orang memilih beranjak

Diriku tetap diam ditempat

Tubuhku berat dirampas hasrat

Seperti batu karang yang kokoh

 

Berjuta-juta kali di hantam ombak kehidupan

Namun dia tak sedikitpun bergeser

Dia ikhlas menerima tamparan ombak

Mungkin karena alasan cinta

 

Menjadi batas diantara dua kehidupan

Bertapa bersama keabadian

Haruskah demikian?

Aku sedang bahagia

 

Senyumanku bertahan

Disaat segalanya terasa ringan kurasakan

Karena ada dia bersembunyi dibalik tabir

Yang tak pernah bisa terjangkau oleh akal

 

Maupun bunga tidur

Berbisik lah sebentar hantarkan aku ke pelupuk mata mu

Yang dingin seperti bekas wudu subuh

Aku tak sabar merengkuh

 

Bertutur kata yang manis

Dihadapannya adakah pilu?

Di relung hati telah ku semai

Bibit-bibit bunga mawar

 

Berduri namun berbunga cantik

Teruslah abadi sampai ku jumpai

Tanpa ada noda bekas pupuk

Yang kuambil setelah ku berkelana

Di sana aku hancur sehancur hancurnya

 

Bandung, 2020

Post a Comment

Previous Post Next Post