Yang Mungkin Tak Ada
Sebab waktu selalu mempunyai cara untuk berlalu, maka yang datang kemudian, pada akhirnya hanya kisah tentang sesuatu yang sendu. Jika ingatan tak pernah bisa menangkap dengan utuh. Lalu dengan apa kita menghidangkan kisah lampau yang menjadi sajian ibu di meja makan kita dulu?
(Cibiru, 7 Juli 2021)
Yang Mungkin Abadi
---Untuk Noor
Bayang yang kau tinggalkan
Selalu saja menikamku
Tepat ketika malam
Melahirkan anak hari
Aku dikutuk seperti Sisifus
dengan menjalani takdir hidup
Yang sia-sia dan berulang-ulang
Dalam kegamangan
Aku membujuk waktu
Agar ia mau membantuku
Menghapus jejak dirimu yang lalu
Tapi ia yang selalu berpacu
Lebih memilih mengekalkan namamu
Di dalam ingatanku
(Cibiru, 8 Juli 2021)
Yang Mungkin Telah Luput
Padamu yang setia memperhatikanku
Saat terjaga, maupun ketika aku
Terlelap dalam buaian mimpi
Maafkan aku yang tak bisa
Menafsirkan lambaian tanganmu
Serta mengenali aroma tubuhmu
Pada waktu yang entah
Aku tahu, kau akan mendatangiku
Seperti apa yang telah dijanjikan
Tapi, jika saatnya tiba
Aku akan pasrah menyambutmu
Walaupun kau datang membawa pilu
(Cibiru, 9 Juli 2021)
Yang Mungkin Tak Termaknai
Kau, sebuah kata
Terbang mengepakkan sayapmu
Berkeliaran bebas
Ke setiap kepala
yang terkungkung
oleh hidup yang sendu
Bersemayam menjadi ingin
Bermukim menjadi angan
Kau, sebuah kata
Yang hadirmu seperti tak ada
Yang tiadamu menjadi damba
Diucapkan dengan pasih
Pada setiap kasih yang menjadi kisah
Tapi,
Kau sebuah kata
Yang adamu justru tak ada
(Cibiru, 10 Juli 2021)
Yang Mungkin Cukup
Tak banyak bayang
Yang Ibu sisipkan
Dalam kantung kenanganku
Hanya sebuah ingatan
Tentang kisah manusia
Yang dikutuk menjadi kata
Sebuah ingatan yang menuntunku
Untuk tidak melupakan jalan pulang
Setelah waktu berlalu
Menjengkali jalan, yang mungkin
Dilewati para peziarah dulu
Tapi dari yang sedikit itulah
Cukup bagiku
Untuk mengetahui, bahwa
Yang jauh, tak berarti tak tersentuh
Yang kosong, tak berarti tak berisi
Yang tak berarti, tak selalu tak termaknai
(Cibiru, 11 Juli 2021)