Sajak-Sajak Wawan Sutaji: Selarik Rindu

 


Selarik Rindu I

I

Itu rindumu kekasih

bening mendekap punggung daun

beraroma harum lembah

dambaan hijau rerumputan

juga benih cemara dilereng kesepian

 

II

Seperti udara yang disuguhkan pagi

Do’a yang kau kidungkan

Mengangkat kakiku melangkah

Walau sejengkal, aku akan sampai

 

II

Kekasih, Jika bulan tak sehangat puisiku

Bersandarlah pada dinding kamar itu

Meski dingin, tapi menyimpan selarik rind

 yang penah aku tumpahkan

 

IV

Sayu jemarimu tiba ditanganku

Teduh detikpun jatuh kerahim bisu

Ku tentang rindumu tak kemarau

Berhumus tumbuhkan mawar

dan cerita panjang

Ku hendaki cerita usai Air matamu menderai

 

Selarik Rindu II

I

Barangkali aku gerak beku

Menghentikan detak waktu

Agar harum dan warnamu yang mekar segar itu

Tak mampu terbunuh layu

 

II
kekasih, rona senja jingga kan dinding kamarku

Melangitkan bias air matamu

Yang dulu kau baca sebagai tak bermakna

 

III

Kekasih, biar kubaca binar matamu

Sebagai harum bunga sedap malam

Dalam gerak angin mati

Tetkala hari masih bayi

Yang semua orang tahu betapa indahnya itu

 

IV
kekasih, yang tersisa dari malam hanya keheningan

Menampung segala do’a dari getar nadiku

Yang mohonkan pagi paling embun

Untuk napas daun-daun

Begitu harum saat kau cium

 

V

Arakan awan hitam dilangit kotaku

menghimpun keluh suar petir tunggal

kemudian pecah menjadi engkau

aku terhenti

 

Capung

Sehabis hujan Capung beterbangan

Saling tolak menolak bertabrakan

dalam hidup yang tunduk pada kecepatan

 

Kecewa

Mari tenggelam ketubuh malam

Saat cahaya enggan menyentuh ruang bernoda

Atau sekadar melukis bianglala

Pada pucuk-pucuk dau berembun

Agar binal kecemasan

Sampai pada kedamaian hati kita

 

Puisi Karya Semesta

Bersama elegi Sebait puisi

Ia letakkan Di atas geladak

Sampan rapuh Limbungan keluh

Bersama tugur Merah anggur

Matahari tua Dan kesepian Putih dandelion

Aku mengeja Setiap aksaranya

Post a Comment

Previous Post Next Post