Klasifikasi Filsafat

 


Filsafat sebagai ibu dari ilmu dan pengetahuan sudah tentu akan selalu bergerak dan tidak mati dalam keikutsertaannya  membongkar segala permasalahan yang terjadi dalam realitas. Dari awal kemunculannya sampai pada  abad 21, filsafat masih memegang peranan penting  di dunia  dan duduk sejajar dengan sains dan agama. Filsafat memiliki sejarah panjang dan menumbuhkan berbagai corak dan aliran  yang jika diklasifikasikan terbagi menjadi dua macam, yaitu  zaman dan aliran.

Jika ditinjau menurut zamannya filsafat tergolong dalam empat periode: zaman Yunani (klasik), abad pertengahan (meadle age) atau skolastik, zaman modern dan post-modern.

Filsafat ditinjau menurut  alirannya:

1. Idealisme, beasal dari kata idea (ada dalam jiwa) idealisme  merupakan aliran yang beranggapan bahwa dunia realitas (dunia nyata) hanyalah bayangan dari ide (jiwa), realitas ini sesungguhnya  terdiri dari ide-ide jadi hakikat dari realitas (kenyataan)  adalah ide.

2. Empirisme,  adalah aliran yang sumber pengetahuannya bersandar pada pengalaman dan pengindraan (observasi) bahkan empirirsme menganggap bahwa pengetahuan didapatkan dengan indra, dan indra lebih efektif untuk memperoleh pengetahuan ketimbang akal.

3. Dualisme, adalah aliran yang meyakini bahwa alam ini memiliki dua hakikat materi dan jiwa, dan kedua hakikat ini bebas dan berdiri sendiri  masing-masing dari keduanya  ini tidak dapat dihilangan, dan realitas alam tercipta karena persinggungan  antara keduanya.

4. Rasionalisme, adalah aliran yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio atau ide, selain dari rasio semua sumber kebenaran adalah korup dan hanya akal faktor fundamental dalam memperoleh suatu pengetahuan.

5. Materialisme, merupakan suatu faham yang beranggapan bahwa tidak ada sesuatu diluar materi (nature) atau alamyang konkret,  jadi jiwa dan ruh atau apapun yang imateri akan ditolak keberadaannya oleh materialisme.

6. Kritisisme, adalah cara berpikir  yang meneliti  batasan-batasan dari rasio sebagai pokok pengetahuan manusia,  kritisisme beranggapan bahwa subjek adalah pusat dari objek, tetapi kemampuan rasio terbatas untuk mengetahui realitas juga hakikat sesuatu dan hanya mampu mengenal gejala fenomenanya,  pengenalan manusia terhadap segala  sesuatu didapat dari  gabungan pengalaman konkret  (aposteriori) dan dari rasio beserta ruang dan waktu (a priori) dengan kata lain pengalaman yang didapat dariluar dan dalam diri.

7. Eksistensialisme, aliran ini menitik beratkan pada pengalaman yang konkret, hanya manusia yang bereksistensi dan tidak mempermasalahkan esensi dari segala yang eksis (ada), eksistensialisme lebih mepokuskan penelitiannya pada untuk apa manusia berada dan bagaimana segala  ada bisa berada.

8. Fenomenologi, atau fenomenalisme adalah aliran yang meyakini bahwa sumber pengetahuan datang dari fenomena (gejala), yang intensionalisme sebagai tesis inti dari fenomenalisme.

9. Pragmatisme,  aliran ini lebih mementingkan kegunaan dari suatu teori, suatu teori bisa danggap benar jika mampu memberikan suatu hasil yang berguna untuk kehidupan.

10. Intuisionalisme, adalah aliran yang menganggap bahwa kebenaran didapat tanpa melalui kegiatan rasio atau penalaran, intuisionalisme lebih menekankan pada naluri atau perasaan.

11. Filsafat analitik, adalah aliran yang menolak metafisik, dan mencoba mengklarifikasi arti dari pernyataan juga konsep menggunakan bahasa. Perinsif filsafat analitik ini adalah melarang untuk mengatakan sesuatu jika sesuatu tersebut tidak mampu diucapkan menggunakan kata.

12. Strukturalisme, merupakan metode analisis untuk memahami kegiatan manusia yang berkaitan dengan sesuatu yang lebih umum dan selalu terorganisasi dalam sistem yang tersetruktur. Strukturalisme berbasis pada semiotik mencoba menemukan struktur yang ada dibalik fenomena.

Sebetulnya masih banyak berbagai aliran filsafat yang hadir dalam pemikiran manusia dari masa klasik sampai sekarang, dan berbagai aliran yang terpampang diatas sudah cukup menjadi dasar awal untuk dipelajari lebih dalam agar dapat lebih mudah memahami dan mengidentifikasi ragam aliran yang lainnya, yang sebenarnya hanya pengembangan ataupun lawan dari pemikiran yang sudah terkemuka, misalnya saja pemikiran post-strukturalisme, adalah reaksi atas pemikiran strukturalisme, ketidakpuasan terhadap strukturalisme menyebabkan harus mengembangkan pemikiran struturalisme lebih jauh atau bahkan mendekontruksinya. Sebagai catatan, awal keberangkatan pemikiran manusia bermula dari idealisme yang dikenalkan oleh Plato beberapa abad sebelum masehi hingga menghadirkan berbagai corak pemikiran yang dapat kita temui sekarang.

Wawan Sutaji

Post a Comment

Previous Post Next Post