Transisi negatife
Biarkan kata-kataku melata
Tanpa tuan atau puan yang ditujunya
Demi mengenal lebih intim hutan-hutan
Yang sebentar lagi akan tiada
Kenangan datang dengan mudah
Bersama suara angin atau harum lembah
Dimana pohonan rimbun berdiri tegak
Dengan akar kokoh mencengkram tanah
Biarkan kata-kataku melata tanpa kenal lelah
Menghapal nama tumbuhan dan hewan
Yang pergi mengungsi
Yang pergi tak kembali
Dan lihatlah
Katak dan burung Yang tersisa
Murung karena guruh pabrik padat
Tidak memberi suara mereka tempat
Guruh asing itu kini membabibuta
Guruh yang tumbuh diladang kita
Yang tumbuh entah untuk apa
Entah untuk siapa
Keluh
Sebaiknya antarkan aku keakar hujan
Tempat do’a-do’a menghitam dan dijatuhkan
Awan yang tembaga tertusuk ranting rapuh
Yang tumbuh dari tangis seorang gadis
Ritma gerimis berkuku panjang
Dan disebrangnya para pembaca wahyu
Lapisi dinding telinga dengan baja
Dengan sengaja tak mau tahu apa-apa
Dalam rasa kecewa yang berapi
Badai debu terus ingin menguburku
Dan satu-satunya teman adalah kesepian
Ingin kubakar seluruh makna dilautan kata
Sebaiknya antarkan aku keakar hujan
Atau wariskan kerikil cara Nabi berpikir
Jika sebongkah logikanya
Terlalu berharga untuk dipinta
Bebek dan gembala
Bebek-bebek lucu yang gemar bermain
Sekarang hanya berdesakan di kandang
Menimang rumput-rumput yang layu
Bersolek dangan saling berbagi kotoran
Mereka tak sanggup mengenang bersih lumpur
Karena air telah bercampur limbah beracun
Beberapa hari yang lalu
Sang gembala meninggalkan mereka
Di sawah tepat belakang kandang
Beton-beton tumbuh memanjang
Mesin-mesin bising lalu-lalang
Sang gembala menabrak pembatas jalan
O..... bebek-bebek yang malang
Bingung untuk temukan makan