Filsafat Postmodern: Memahami Dunia Tanpa Kebenaran Mutlak


Beranda Literasi- Pemikiran Postmodern merupakan cara berpikir kritis yang sangat berpengaruh pada abad ke-20 dan 21, dengan pendekatan filsafat dan teori sosial, pemikiran postmodern menawarkan cara berpikir yang lebih kritis, terutama dalam mengkritisi modernisme yang mengangkat berbagai isu atau ide-ide seperti kebenaran universal, rasionalisme dan kemajuan. Narasi-narasi besar yang telah ada terdahulu pada masa filsafat modern, dipertanyakan dan diuji kembali sehingga hasil dari pemikiran postmodern yaitu lebih menerima keberagaman perspektif dalam memahami realitas.


Apa Filsafat Postmodern itu?

Postmodernisme sederhanya adalah suatu gerakan intelektual yang tidak menerima konsep kebenaran secara tunggal dan absolut. Para pemikir besar seperti Jean-Francois Lyotard, Jacques Derrida dan Michel Foucault merupakan penyumbang ide-ide kunci postmodern. Lyotard dengan terang-terangan mengatakan bahwa postmodernisme adalah ketidakpercyaan terhadap narasi-narasi besar, maksud dari perkataannya ini tidak lain supaya kita tidak terlalu percaya terhadap cerita besar yang mengaku bisa menjelaskan sejarah dan kehidupan umat manusia. Di sisi lain, Foucault meyakini hubungan pengetahuan dan kekuasaan, juga gerak struktur sosial yang membentuk pemahaman manusia tentang kebenaran. Sementara Derrida, memperkenalkan konsep Dekontruksi, yang menunjukan baik teks maupun ide tidak pernah memiliki makna yang tetap, melainkan fleksibel dan bisa dotafsirkan dengan berbeda. Dengan menggunakan pendekatan ini, keberagaman perspektif dan pluralitas telah dibukakan oleh postmodernisme. Sehingga cara melihat dunia tidak ada bukan hanya satu cara, tetapi tergantung pada konteks sosial, budaya dan sejarah dan itu sah untuk dilakukan.


Karakteristik Filsafat Postmodern

Perbedaan utama pemikiran postmodern dengan modern yaitu terletak dari pendekatanya. 1.Relativisme kebenaran, postmodern tidak menerima tentang klaim kebenaran tunggal, melainkan kebenaran yang sifatnya relatif, tergangung pada konteks sosial dan perspektif, 2.Skeptisisme terhadap narasi besar, gerakan postmodernisme menolak metanarasi seperti kemajuan manusia melalui sains atau rasionalitas sebagai satu-satunya jalan kebenara, 3.Dekontruksi, ide, teks dan struktur sosial selalu dapat dianalisis dan pengkajian kembali dalam menemukan makna sesungguhnya, 4.Pluralitas persektif, postmodernisme mendorong pengakuam terhadap keberagaman pengalaman dan pandangan. Tidak ada satu model kehidupan yang dianggap paling benar, 5.Kritik terhadap kekuasaan dan dominasi, postmodernisme sering digunakan untuk mengkritik sistem sosial yang menindas, menunjukan bagaimana kekuasaan membentuk pengetahuan dan budaya.


Postmodernisme Dalam Kehidupan Sehari-hari

Pemikiran postmodern memang tergolong dalam teori filsafat tapi juga sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari kita dalam melihat berbagai bidang, misalnya seni, arsitektur, media, sampai pendidikan. Dalam seni misalnya postmodern tidak begitu ketat memberikan batasan terhadap seni tinggi dan seni populer. Campuran gaya, kolase dan intertekstualitas merupakan ciri yang khas dalam seni postmodern. Pada ranah digital dan media sosial, postmodernisme sangat kuat mempengaruhi cara kita dalam menerima suatu informasi. Setiap individu kini membentuk narasi sendiri, menjadi produsen konten dan dapat mempengaruhi opini publik. Sehingga, pluralitas perspektif menjadi lebih nyata dari fenomena yang terjadi sekarang ini dibanding sebelumnya. Dalam wilayah pendidikan, pendekatan kritis dan reflektif merupakan suatu yang ditenkan oleh posmodernisme. Siswa didorong untuk mempertanyakan semuber informasi serta memahami konteks sosial dan menerima keragaman perspektif. Di sini, postmodernisme menganjurkan pendidikan bukan hanya mentransfer pengetahuan, tapi melatih kemampuan analitis dan berpikir kritis.


Tantangan dan Kritik Terhadap Postmodernisme

Pemikiran postmodernisme memberikan perspektif baru kepada kita, meski begitu bukan berarti postmodern terbebas dari kritik. Banyak kritikus yang menilai nihilisme bisa terjadi ketika relativisme secara ekstrim dilakukan, jika tidak ada dasar moral atau etika yang kokoh, semua nilai akhirnya dianggap sama. Selain daripada itu, skeptisisme terhadap kebenaran absolut, kadang dipandang melemahkan usaha pencarian pengetahuan objektif dan ilmiah. Tapi para pendukung postmodernisme mengatakan bahwa pergerakan postmodern dilakukan bukan untuk menolak pengetahuan, tatapi guna mempertanyakan asumsi-asumsi yang masih tersembunyi sehingga pemahaman kita terhadap realitas menjadi semakin luas. Di sini postmodernisme mengajak kepada kita agar tetap kritis, fleksibel dan terus membuka ruang-ruang perubahan.


Kesimpulan

Pemikiran postmodern membuka jendela baru dalam memahami dunia yang kompleks dan beragam. Dengan merayakan pluratitas perspektif dan menolak kebenaran tunggal, kita menjadi terdorong untuk lebih berpikir secara kritis, reflektif dan inklusif. Postmodern memang tidak terbebas dari kritik, tapi pengaruhnya dalam filsafat, seni, pendidikan dan media tetap signifikan. Dalam dunia digital dan media sosial yang begitu masif seperti saat ini, relevansi pemikiran modern dalam kehidupan menjadi semakin realistis dari sebelumnya. Kita hidup dalam dunia yang mempertanyakan narasi besar, informasi yang tersebar sangat luas, dan keberagaman perspektif harus dihargai. Postmodernisme harus dipahami bukan bukan hanya sebagai teori, tapi juga praktik manusia dalam melihat, memahami dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya.


Wawan Sutaji

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama