Suara Dari Jauh, Puisi-puisi Wawan Sutaji


Sepenuhnya Kepadamu

Kau ada, membunuh sepi yang memeluk dinding,

lampu kamar ini seperti pelipismu

redup namun tak pernah reda

dan wajahmu tak butuh cahaya untuk kulihat sempurna

seperti asa yang hampir nyata


mungkin kau hujan tertahan,

menggantung di batas senja,

aku merangkak menujumu,

menyusur sunyi yang penuh duri

serta kata yang nyaris tak terucap


jika bintang di celah langit itu bukanlah kau,

pada siapa rindu ini aku titipkan?

di tengah malam yang terang,

langkahku terus gemetar

oleh kenangan yang masih memar


cinta ini begitu pasti seperti alir air

menuju laut. meski berliku, meski tak tahu

apakah akhirnya disambut atau sekadar larut (2024)


Ketika Hari Sedang Sepi

Dan rembulan tersenyum sendu

Ada desir pelan menyeru namamu.

Kau datang sebagai hujan pertama

penuh rasa, tanpa banyak kata 


Langkahmu lirih di antara bunga

yang mekar oleh asmara.

Kita tak mengerti apa-apa

Selain waktu yang diam-diam menyulam rindu

dan sebab sinar matamu teduh

aku datang untukmu penuh seluruh (2024)


Aku dan Bajingan

Tubuh rapuh ini selalu ingin menjadi lebih berharga

dari sebelumnya, Ketidakmampuan mengutuk anak adam

tanpa ada petunjuk apa penghapusnya


Aku dan seribu bajingan mengintrupsi keseimbangan,

dunia dan alkohol berputar dalam gelas yang menolak pecah,

oleh ancaman, oleh kekacauan yang pasti kembali

sebelum atau sesudah muntah


Sebagian dari kami ada yang ingin lebih kuat

dari sekadar bertahan, Aku dan pasang mata mereka

yang lelah tak berhenti mencari akhir yang manusiawi

dari sebuah perlawanan. (2025)


Aku Mau

Aku mau kabar mengusap tubuhku

Lebih hangat dari sore yang menyerahkan

cahayanya di jalanan desa


Dari kedalaman suasana,

Ada yang lebih lirih dari angin

menyebut apa saja yang tidak bisa kulupakan


Masa yang telah jauh

rencana yang terlunta

Dan cara mereka menari di kepala

lebih luka dari amnesia (2025)


Menghadapi Kutukan

Tak ada lagi mengubah dunia

Aku hanya harus bekerja

Dan dibayar seumpamanya


Sudahlah

Kenyataan begitu musuh

dengan harapan

Jika mata para pemimpi terbuka

Bisakah jerih mengubur perih


Hidup terlalu berputar 

Dan ingin kumuntahkan

Semua kemualan ini

Dengan seribu kutukan (2025)

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama